Posts

Showing posts from July, 2016

Ramadan tempo doeloe (26): Rantang empat tingkat

Image
Sebelum pemekaran beberapa tahun belakangan, kampung kami terdiri dari empat desa.  Semasa gadis Ibu tinggal di Desa Batru Lempur.  Setelah menikah Ibu pindah ke sebuah rumah di Desa Lempur Mudik dan tinggal disana sekitar enam tahun.  Dirumah itu ketiga anak Ibu lahir.  Lalu Ibu dan Abak memutuskan pindah kerumah bambu yang dibangun sendiri disamping SMP tempat Ibu mengabdi menjadi guru.  Meski jauh dari keramaian, kawasan sekitar sekolahdd itu berada dibawah Kelurahan Lempur Tengah.  Dusun keempat adalah desa Lempur Hilir, namun Ibu tak pernah tinggal disitu. Meski bertempat tinggal di Lempur Tengah selama sepuluh tahun, secara administratif kami sekeluarga tetap tercatat sebagai warga Lempur Mudik.  Untuk segala urusan seperti kenduri sko, mambantai dan kegiatan-kegiatan dusun lainnya, kami ikut Lempur Mudik.  Alasannya sangat emosional sebenarnya.  Ibu dan Abak, meski pendatang, namun merasa begitu terikat pada dan menjadi bagian tak terpisahkan dari Lempur Mudik.  Kami sudah begi

Ramadan tempo doeloe (24): Mudik menghantar nyawa

Image
Terjebak macet dan tak dapat keluar dari jalan bebas hambatan berbayar hingga lebih dari sehari semalam adalah sesuatu yang luar biasa dan tak bisa dimaklumi sekedar sebagai akibat terlalu banyaknya pemudik dan terbatasnya prasarana.  Lebih memilukan karena setidaknya dua belas jiwa melayang. Saya berani menyatakan pastilah ada kegagalan pengaturan, koordinasi dan pengambilan keputusan dari otoritas-otoritas berkuasa.  Lepas tangan dan sibuk mencari kambing hitam adalah pengecut dan memalukan.  Menyatakan bahwa penyelenggaraan arus mudik tahun ini lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya adalah terlalu menyakitkan, seolah dua belas nyawa itu tiada harganya.  Meski akhirnya permohonan maaf itu keluar dari mulut Menteri Dalam Negeri.  Datang terlambat namun tak hendak kita menghakimi ketulusannya, yang terpenting diikuti tindak lanjut perbaikan yang nyata. Hingga sepuluh tahun lalu, keluarga kecil kami termasuk jutaan penduduk Jabotabek yang mudik ke Jawa saat lebaran.  Destinasi kam

Ramadan tempo doeloe (23) : Penguasa lintas Sumatera

Image
Source: wallpaperbis.blogspot.com Awal sembilan puluhan, bepergian naik pesawat terbang adalah kemewahan. Hanya untuk kaum ningrat, kaya raya dan pengawai negeri pejabat teras. Di pulau Jawa barangkali kereta api adalah alat transportasi jarak jauh paling populer. Namun pulau Sumatera yang indah permai tak seberuntung Jawa, tak ada koneksi rel kereta api. Maka bis antar kota adalah andalan satu-satunya bagi rakyat jelata. Pada masa itu berkibarlah nama-nama besar perusahaan otobus (PO) yang melegenda sepanjang lintas Sumatera seperti Pelangi, ALS, SDH, ANS, Gumarang Jaya, Lubuk Basung Jaya, NPM, Jambi Indah, Sago Sejati, Putra Remaja, Kramat Jati dan lain-lain. Untuk menyesuaikan dengan kantong penumpang, biasanya bis-bis ini menawarkan dua kelas, eksekutif dan ekonomi. Kelas eksekutif tentu lebih nyaman, full AC, reclining seat, toilet on-board, selimut tebal, video karaoke dan kursi lebih lebar karena sebaris hanya 4 penumpang dengan konfigurasi 2-2. Kelas ekonomi ja

Ramadan tempo doeloe (25): Guru digugat

Image
Ramai kabar belakangan ini, dimedia mainstream maupun media sosial, tentang guru yang digugat.  Seorang guru dilaporkan ke polisi karena mencubit muridnya.  Ada ibu guru yang masuk bui karena memukul muridnya. Saya tidak pernah memukul anak-anak saya.  Saya tidak mendukung guru menggunakan kekerasan terhadap anak muridnya.  Namun, guru juga manusia, yang kesabarannya tidak tak berbatas.  Banyak faktor yang bermain dalam satu waktu sehingga tanggul pembendung amarah itu jebol juga.  Tidak selalu dari para murid didik yang entah kerasukan setan dari alas mana hingga kadang terlewat menjengkelkan.  Bisa jadi ada sesuatu yang berasal dari diri guru itu sendiri.  Bahkan mungkin juga ada sesuatu yang diluar keduanya. Tapi saya tak hendak berpanjang lebar membahas hal ini, saya bukan ahlinya.  Saya hanya mau bercerita sedikit kisah tentang guru dimasa lalu.  Kisah-kisah ini kejadian sehari-hari yang biasa saja, tidaklah penting dan dramatis sangat.  Namun paling tidak dapat menggambarkan b