Posts

Showing posts from July, 2013

Pak Bun yang Kami Kenal

Kami berdua adalah alumni statistika angkatan 30.  Bunawan Sunarlim, yang kami panggil Pak Bun, adalah dosen pembimbing skripsi kami.  Kami mendapat himpunan dosen pembimbing yang persis sama.  Pak Bun adalah pembimbing pertama saya dan pembimbing kedua Ida.  Pak Aam Alamudi adalah pembimbing pertama Ida dan pembimbing kedua saya. Pak Bun selalu tampil sederhana , lugu dan apa adanya.  Celananya sedikit melorot dan selalu pakai kaos kaki dan sandal kulit saktinya.  Kami belum pernah melihat Pak Bun memakai sepatu.  Pak Bun mengajar Statistika Non-parametrik.  Perlu konsentrasi khusus untuk mengikuti kuliah Pak Bun.  Kalau sudah didepan kelas, Pak Bun cenderung cuek dengan keadaan sekitarnya.  Miskin joke .  Pak Bun mengajar dengan kecepatan diatas rata-rata, meleng sedikit, akan ketinggalan kereta.  Dengan cepat jemari Pak Bun belepotan kapur tulis.  Tak lama kemudian celana bagian atas beliau memutih pula oleh lumuran bubuk kapur.    Pak Bun sangat disiplin dalam menc

Mambantai dan Makan Daging Empat Kali Setahun

Huru-hara mahalnya daging sapi belakangan ini mengingatkan saya pada masa tiga puluhan tahun lalu, di sebuah dusun di punggung bukit barisan, Sumatera.  Saya lahir dan tumbuh disana hingga masa sekolah menengah. Dusun itu terletak di ketinggian dan berhawa dingin, dikelilingi bukit dan gunung.  Sungai-sungai kecilnya mengalirkan air sejuk dan jernih.  Ibu kota kabupaten tiga puluh lima kilometer jaraknya.  Jarak yang tidak terlalu jauh itu harus ditempuh selama dua jam karena kondisi jalan yang mendaki, menurun, berkelok dan berlubang.  Dimusim penghujan, perjalanan bisa lebih lama lagi.  Namun, medan berat itu diimbangi dengan pesona alam ciptaan Allah disepanjang jalan.  Hijaunya sawah ladang dan bukit serta indah dan tenangnya Danau Kerinci.  Apabila hari cerah, Gunung Kerinci pun tampak berdiri gagah menjaga. Satu lagi, setiap bus yang melayani trayek dusun kami dan ibu kota kabupaten selalu berhenti di sebuah rumah makan ditepi Danau Kerinci.  Tak terkira sedapnya, menyantap