Alangkah Indahnya Bila Ini Terjadi di Jakarta
Hari ini adalah hari terakhir dari dua hari MEIF (Middle East Insurance Forum) 2010 di Gulf Convention Centre, di kompleks Gulf Hotel, Bahrain. Sesi pertama dimulai pukul sembilan pagi. Seorang kawan tiba kurang dari sepuluh menit sebelumnya, tapi baginya itu sudah terlambat. Ia mungkin mencapai ruang seminar tepat waktu, namun kehilangan networking time, kesempatan berharga bertemu rekanan bisnis atau calon pelanggan potensial.
Mobil segera diparkir di lapangan parkir di depan gedung dan ia berlari kecil menuju pintu masuk. Beberapa langkah, tiba-tiba ia berhenti, tertegun sambil meraba dada. Rupanya name tag ketinggalan. Benda pipih segi empat dengan gantungan leher bertuliskan nama sponsor acara itu amatlah penting, karena ia dipakai juga sebagai tiket masuk restoran untuk makan siang gratis. Kembali ia ke mobil sambil merogoh saku kanan celana, membuka pintu, merenggut name tag yang tergeletak di kursi penumpang depan, menutup dan mengunci pintu, lalu berlari lagi menuju gedung.
Pukul dua siang, seluruh rangkaian acara termasuk makan siang selesai sudah. Ketika berjalan kaki menuju mobil, kembali ia me-ngerem mendadak. Kali ini tidak meraba dada. Kedua tangannya perpindah-pindah dari saku celana, kanan kiri, depan belakang, ke saku jas kiri kanan, atas bawah, luar dalam. Dan saku kemeja juga. Kunci mobil tak ditemukan.
Sambil terus berjalan, dengan paras mulai cemas dan tangan masih sibuk, ia mencoba mengingat-ngingat. Ada dua kemungkinan, katanya, terjatuh di area seminar atau tertinggal di mobil.
Begitu tiba ditempat mobil diparkir, senyumnya mengembang. Ternyata mobil masih setia menanti ditempatnya dan kunci dengan gantungan berbentuk bola hitam putih dan sepatu tergantung manis di pintu depan kanan, bergoyang-goyang ditiup angin yang berhembus cukup kencang.
Sumringah ia berteriak, "I love Bahrain. If I were in Hyderabad, it's gone". Hyderabad adalah kampung halaman kawan ini.
Rupanya setelah tergesa-gesa mengambil name tag pagi tadi, ia lupa mencabut kunci mobil dari pintu. Dan setelah lima jam, meski lapangan parkir itu gratis dan tidak dijaga, kunci itu tidak beranjak sama sekali dari posisinya , apalagi mobilnya.
Alangkah indahnya bila ini terjadi di Jakarta!
Bahrain, 8 Februari 2010
Mobil segera diparkir di lapangan parkir di depan gedung dan ia berlari kecil menuju pintu masuk. Beberapa langkah, tiba-tiba ia berhenti, tertegun sambil meraba dada. Rupanya name tag ketinggalan. Benda pipih segi empat dengan gantungan leher bertuliskan nama sponsor acara itu amatlah penting, karena ia dipakai juga sebagai tiket masuk restoran untuk makan siang gratis. Kembali ia ke mobil sambil merogoh saku kanan celana, membuka pintu, merenggut name tag yang tergeletak di kursi penumpang depan, menutup dan mengunci pintu, lalu berlari lagi menuju gedung.
Pukul dua siang, seluruh rangkaian acara termasuk makan siang selesai sudah. Ketika berjalan kaki menuju mobil, kembali ia me-ngerem mendadak. Kali ini tidak meraba dada. Kedua tangannya perpindah-pindah dari saku celana, kanan kiri, depan belakang, ke saku jas kiri kanan, atas bawah, luar dalam. Dan saku kemeja juga. Kunci mobil tak ditemukan.
Sambil terus berjalan, dengan paras mulai cemas dan tangan masih sibuk, ia mencoba mengingat-ngingat. Ada dua kemungkinan, katanya, terjatuh di area seminar atau tertinggal di mobil.
Begitu tiba ditempat mobil diparkir, senyumnya mengembang. Ternyata mobil masih setia menanti ditempatnya dan kunci dengan gantungan berbentuk bola hitam putih dan sepatu tergantung manis di pintu depan kanan, bergoyang-goyang ditiup angin yang berhembus cukup kencang.
Sumringah ia berteriak, "I love Bahrain. If I were in Hyderabad, it's gone". Hyderabad adalah kampung halaman kawan ini.
Rupanya setelah tergesa-gesa mengambil name tag pagi tadi, ia lupa mencabut kunci mobil dari pintu. Dan setelah lima jam, meski lapangan parkir itu gratis dan tidak dijaga, kunci itu tidak beranjak sama sekali dari posisinya , apalagi mobilnya.
Alangkah indahnya bila ini terjadi di Jakarta!
Bahrain, 8 Februari 2010
Comments