Posts

Showing posts from August, 2016

AirAsia's Captain Sahar

Image
Saturday, 20 August 2016. I consider myself very lucky that day, meeting two men with great personality. I booked a taxi KLIA2 online to catch my afternoon low-cost flight to Padang, West Sumatera, Indonesia. My order was taken by Indra Tamrin, a cheerful man who shared his simple but inspiring life story throughout the ride. Click here if you want to be inspired too kabacarito: Uda Tamrin: potret nyata diaspora Indonesia .  Upss, it's in Bahasa Indonesia, for those who do not speak Bahasa Indonesia, google translate might help. Otherwise, if you even get more confused, I may have to happily tell the story myself to you. Remember Captain Sahar, an Air Asia Pilot with hillarious passenger announcements? I wrote a story about him in this blog last year. Click here for full story kabacarito: Captain Sahar: AirAsia's Pilot with Engaging Flight Announcement .  Captain Sahar has been viral as some passengers uploaded story about him or voice recording of his entertaining

Uda Tamrin: potret nyata diaspora Indonesia

Pulang ke Padang siang ini, telah saya pesan taksi online menuju bandara.  Order saya diambil pengemudi bernama Indra bin Tamrin.  Kini saya telah duduk dikursi belakang, taksi mulai bergerak. "Nak pegi mana, Encik?", ia buka pembicaraan. "Saya nak balik Padang," jawab saya. "Encik orang awak, ke?", tanyanya sambil menoleh ke belakang. "Iya". "Encik boleh cakap Minang?, tanyanya lagi. "Lai", saya jawab singkat dalam bahasa Minang. Seketika taksi di rem mendadak. "Haa...duduak lah dimuko, buliah maota lamak awak", katanya sumringah sambil badannya meregang kekiri dan tangan membuka pintu depan. "Ambo Tamrin", ia memperkenalkan diri sambil kami bersalaman setelah saya duduk disampingnya. "Jadi namo Uda indak Indra do?", selidik saya.  Nama yang tertera pada aplikasi taksi online dan kartu pengenal pengemudi yang di pasang diatas dashboard adalah Indra bin Tamrin.  Saya menduga Indra mungkin na

Orang tua lebay

Agenda Sabtu pagi ini adalah mengantar si nomor dua, Zaki, mengikuti ujian teori musiknya yang dipusatkan disebuah SMK (Sekolah Menengah Kebangsaan), sepuluh menit berkendara dari rumah. Ujian selama satu setengah jam itu bermula pukul sembilan pagi, namun peserta diminta melapor ke meja panitia sejak pukul delapan.  Kami tiba tiga menit menjelang pukul delapan, belum banyak peserta yang datang.  Dengan leluasa kami menemukan nama dan nomor ujian Zaki didaftar peserta serta meja tempat duduknya.  Lalu kami berdua duduk-duduk malas dibangku disisi teras itu. Tidak ada yang terlalu istimewa tentang ujian itu, kecuali satu hal, aku menyaksikan betapa lebaynya orang tua masa kini.  Lima belas menit selepas pukul delapan, semakin banyak anak-anak dan orang tua yang tiba.  Puncaknya sekitar setengah sembilan, teras didepan hall dimana ujian akan berlangsung dijejali manusia berbagai usia.  Terutama didepan papan pengumuman dimana daftar peserta dan denah tempat duduk ditempel.  Para orang