Posts

Showing posts from February, 2017

Kegigihan Master Chef Asep: Sebuah Inspirasi

Image
Hampir dua minggu dihotel ini, para karyawan mulai akrab (atau sok akrab :-)), terutama para waiters di restoran 022 tempat saya sarapan pagi setiap hari. Pagi tadi, sambil mengantar ke meja, salah seorang dari mereka, Nimerai namanya, bertanya, "Are you Malaysian, Sir?" "No, I am Indonesian" , jawab saya. "I am sorry, sir. I thought you are Malaysian".  Ia kikuk.  "Not a problem. We look the same". "We have an Indonesian chef here. He is our Sushi Chef. His name is Asap", lanjutnya.  "Asap..?", tanya saya sambil tertawa dalam hati. Orang tua mana yang tega memberi nama sekeji itu. "How do you spell it?". Waiter itu segera menggerakkan penanya di kertas yang selalu ada ditangannya untuk mencatat pesanan pelanggan. Tertulis disitu 'Asep'.  Saya contohkan pengucapan 'Asep' yang benar padanya, tapi yang keluar dari mulutnya tetap terdengar 'Asap'.   Ah...sudahlah! &

Kutitipkan Jakarta pada Imanmu

Image
Gundah ini mestinya dapat kupendam sendiri Namun Umat Islam laksana satu diri Perih seujung kuku, menggigil demam sekujur badan Bahu seorang Muslim adalah tempat bersandar Muslim lainnya Maka biarlah kubagi gulana ini, kepada saudara-saudariku seiman yang memiliki KTP Jakarta Tanah Jakarta tak cukup lebar untuk menampung hidup seperempat miliar manusia Indonesia Tapi Ibukota adalah milik semua   Saudaraku Bila kau telah berketetapan hati Untuk memberikan suaramu pada pasangan nomor urut satu atau tiga Tiada duanya Sambutlah terimakasih tulus dan salam hormatku Atas keteguhanmu menjaga Iman Teruslah berdoa kepada Sang pembolak-balik hati Yang Maha mengetahui palung terdalam isi hati Agar hatimu ditegarkan seteguh-teguhnya Tak berpaling lagi Saudaraku Engkau yang memilih menyerahkan suaramu bagi pasangan nomor dua Sesungguhnya itu adalah hakmu Yang tak boleh diusik siapapun Yang akan engkau pertanggungjawabkan Hari ini dan nanti Sendiri Saudaraku Yang memilih no

Pelukan

Saudaraku Pernahkah terlintas dipikiranmu Sebuah pertanyaan Mengapa Dalam menerangkan hubungan seorang manusia dengan agamanya Kita gunakan kata kerja 'memeluk' atau 'to embrace'? Mengapa tidak 'menggenggam'? Mengapa tidak 'memegang'? Mengapa tidak 'menyentuh'? Mengapa tidak 'menjinjing'? Lihatlah sekitarmu Ibumu, istrimu, suamimu atau anakmu Peluklah salah satu dari mereka Erat dan lama Kini katakan padaku Adakah rasa ini menjalari tubuhmu? Besar, dekat, percaya, pasrah, totalitas, damai Saudaraku Agama kita peluk karena ia besar Ia lebih besar dari pada segala sesuatu Kecuali Allah Yang Maha Besar Terlalu besar untuk sekedar digenggam, dipegang, disentuh, apalagi dijinjing Untuk dapat memeluknya Engkau harus mendekat padanya Sedekat mungkin Agar pelukanmu erat Engkau mesti percaya padanya Pasrahmu karena engkau yakin Ia takkan menyakitimu Pelukan adalah totalitas Sepenuhnya dan menyeluruh T

Doa orang teraniaya: satu diantara dua

Ya Allah... Telah Engkau tampakkan lagi kezalimannya dengan benderang Begitu kesumat kebencian yang terkatakan Apatah lagi yang terpendam dalam Ya Allah... Yang membolak-balik hati Ampuni kekerasan hati kami Yang tak kunjung luluh Oleh kebenaran firman-Mu Ya Allah... Yang Maha Mengetahui Ampuni keculasan kami Yang membenarkan sebahagian kalam-Mu Namun mendustakan sebahagian lainnya Ya Allah... Yang jiwa kami ada digenggaman-Mu Hari ini kami ridha seikhlas-ikhlasnya Bila Engkau timpakan ia dengan satu diantara dua Sirami ia dengan hidayah-Mu Hidupkan kembali Umar bin Khattab diantara kami Atau Binasakan ia menjadi debu Laksana Abu Lahab yang mengumpulkan sendiri kayu bakar pembakarnya Ya Allah... Yang mengijabah segala doa Kabulkanlah doa orang-orang yang telah dizaliminya. Amin.

Karena hidup adalah rangkaian pilihan

Kian hari kian banyak sahabat yang kecewa Berkeluh kesah didinding social media Meratapi jagat maya yang tak seindah dulu Ceria penuh canda tawa Ketahuilah kawan Social media kini telah akhil baligh dan dewasa Menua lebih cepat dari yang kau kira Digunakan dan disalahgunakan Untuk hal-hal melangkaui imaginasimu Untuk dosa-dosa yang lebih besar dari yang kau sangka Tapi kawan Siburuk rupa social media itu Memberimu pilihan-pilihan Dan kuasa memilihmu semakin besar Tak hanya apa yang hendak kau kabarkan Engkau dapat pula memilih Apa yang kau lihat Apa yang kau dengar Apa yang kau rasakan Apa yang kau pikirkan Engkau memilih suasana hatimu Engkau memilih mimpimu Engkau memilih hidupmu Bahagia laramu sepenuhnya ditanganmu Karena engkau telah akhil baligh dan dewasa Bahkan menua lebih cepat dari yang kau kira Sadar atau tidak Mau tidak mau Engkau terus membuat pilihan Bahkan diammu tak memilih apapun Adalah sebuah pilihan juga Tapi ingatlah kaw