Posts

Showing posts from September, 2008

Bila Istri Cerewet

Oleh : Ahmad Bustam Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet. Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar. Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun? Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut? 1. Benteng Penjaga Api Neraka Kelemah

Indonesia Raya Lagu Termerdu

Agustus memang beda. Bendera, umbul-umbul dan spanduk merah putih melambai-lambai. Penjual bendera berbaris disepanjang jalan. Setiap kampung menegakkan batang pinang dengan rupa-rupa hadiah dipucuknya. Jalan-jalan di garis putih seperti lintasan atletik olimpiade, untuk balap karung dan adu cepat lari dengan bibir menjepit sendok berisi kelereng. Kapling kosong disulap jadi lapangan sepak bola untuk bapak-bapak berkostum daster butut istri tercinta. Tukang kerupuk sumringah karena dagangan laris manis diborong panitia agustusan. Singkat kata, atmosfir Agustus adalah semarak dan suka cita. Bagi mereka yang tidak berada di tanah air, kemeriahan suasana itu adalah kemewahan. Agustus biasanya berlalu begitu saja. Tapi tidak bagi WNI di Bahrain, negara pulau kecil di Teluk Persia. Berhimpun dalam PERKIBAR (Perhimpunan Keluarga Besar Indonesia di Bahrain), tahun ini mereka mencoba menghadirkan atmosfir Agustus tanah air di negeri orang. Berbagai lomba khas agustusan pun digelar,

Isi Angin, Keluar Angin

Sepekan ini ban belakang kanan terlihat lebih ceper dari yang lain. Dua kali sudah isi angin di bengkel depan masjid Hidd. Ini kasus ban kempes pertama yang saya alami sejak hijrah ke Bahrain empat belas bulan lalu. Secara frekuensi, tidak lah terlalu buruk. Maklum disini tidak ada ranjau paku seperti di tanah air. Sehabis ban ditambah anginnya, orang India pekerja bengkel tidak mau dibayar. Jadi, isi angin di Bahrain masih gratis. Ditanah air, hanya keluar angin yang masih gratis. Isi angin harus bayar, 'seribu rupiah untuk setiap ban', kata seorang kawan yang baru kembali dari mudik. Curiga pada kemungkinan bocor, sore tadi saya kembali ke bengkel yang sama, minta diperiksa. Ternyata benar, bocor satu dan perlu ditambal. Yang ini harus bayar, satu Bahrain Dinar, setara dengan dua puluh empat ribu rupiah. Wah...kalau dikampung halaman, fulus segitu bisa buat nambal lima atau enam lubang selepas melibas ranjau paku yang biasa ditebar si abang tambal ban. Hidd010908