Indonesia Raya Lagu Termerdu

Agustus memang beda. Bendera, umbul-umbul dan spanduk merah putih melambai-lambai. Penjual bendera berbaris disepanjang jalan. Setiap kampung menegakkan batang pinang dengan rupa-rupa hadiah dipucuknya. Jalan-jalan di garis putih seperti lintasan atletik olimpiade, untuk balap karung dan adu cepat lari dengan bibir menjepit sendok berisi kelereng. Kapling kosong disulap jadi lapangan sepak bola untuk bapak-bapak berkostum daster butut istri tercinta. Tukang kerupuk sumringah karena dagangan laris manis diborong panitia agustusan. Singkat kata, atmosfir Agustus adalah semarak dan suka cita.

Bagi mereka yang tidak berada di tanah air, kemeriahan suasana itu adalah kemewahan. Agustus biasanya berlalu begitu saja. Tapi tidak bagi WNI di Bahrain, negara pulau kecil di Teluk Persia. Berhimpun dalam PERKIBAR (Perhimpunan Keluarga Besar Indonesia di Bahrain), tahun ini mereka mencoba menghadirkan atmosfir Agustus tanah air di negeri orang. Berbagai lomba khas agustusan pun digelar, tarik tambang, makan kerupuk, lari kelerang dan sebagainya.

Dari semua itu, PERKIBAR IDOL (PI) adalah yang paling fenomenal, meski tidak semegah Indonesian Idol di Balai Sarbini. PI sejatinya adalah lomba menyanyi karaoke dan terbuka bagi siapa saja warga Indonesia di Bahrain, yang bisa menyanyi maupun 'merasa' bisa menyanyi. Tempatnya bukan di gedung pertunjukan, cukup di rumah salah satu warga Indonesia yang cukup besar.

Dua puluh peserta unjuk suara dan gaya. Umumnya menganut genre pop-rock dan tentu saja dangdut. Akhirnya terpilih lah lima peserta terbaik untuk tampil pada babak spektakuler. Mereka harus membawakan dua lagu, satu lagu pilihan dan satu lagu wajib.

Kejutannya, juri menetapkan lagu wajib itu adalah Indonesia Raya yang harus dibawakan oleh setiap finalis tanpa iringan musik apapun. Suasana sontak berubah, tawa gembira dan euferia joget dangdut menguap. Semua menghentikan kegiatannya, larut dalam hening dan syahdu. Seakan angin pun terpana dan enggan berhembus. Sebagian mata tampak berkaca-kaca. Semua hanyut.

Haru, ditengah kondisi bangsa yang carut marut, ternyata cinta dan bangga menjadi orang Indonesia masih kuat menancap di dada semuanya. Tidak sulit sesungguhnya untuk menggugah jiwa-jiwa itu, cukup dengan rangkaian kata sederhana dari Indonesia Raya yang dibawakan oleh penyanyi amatir.

Ternyata, Indonesia Raya bukan tembang biasa, ia tetap lagu termerdu, hari ini dan selamanya.

Comments

Popular posts from this blog

Lampu togok dan lampu strongkeng

Kopi cap "Rangkiang", kue sangko & saudagar tembakau

TV Pertama Kami (bagian 3)