Ramadan tempo doeloe (1): Buya selebritis
Kami memanggil ustadz atau guru agama atau orang-orang yang terlihat shaleh dengan sebutan 'buya'. Jauh sebelum ustadz-ustadz memenuhi layar kaca sepanjang bulan puasa, buya-buya dikampung kami telah lebih dahulu tenar. Sebulan Ramadan, buya-buya itu mendadak menjadi selebritis yang dikejar-kejar dan dikerumuni banyak orang sekedar untuk mendapatkan tanda tangannya. Para pemburu autograph itu adalah anak-anak sekolah, dari sekolah dasar hingga menengah.
Adalah sekolah-sekolah yang mewajibkan siswa-siswa memenuhi masjid-masjid dan surau-surau untuk menunaikan shalat tarawih. Sebagai buktinya anak-anak itu mestilah membuat ringkasan ceramah buya didalam buku agenda Ramadan. Selain ringkasan isi ceramah, perlulah dicantumkan hari dan tanggal, nama masjid atau suraunya dan tentu saja nama buya yang ceramah.
Dan tak kalah pentingnya, demi mencegah tindakan plagiat yang terkutuk itu, setiap anak tanpa terkecuali haruslah pula mendapatkan tanda tangan asli buya yang bersangkutan.
Maka begitu shalat witir selesai, seperti kawanan lebah, berhamburanlah anak-anak itu menuju shaf terdepan dan segera merubungi buya, dengan agenda ramadan yang telah terbuka siap menerima coretan tangan buya. Kadang chaos tak terhindarkan, ada saja anak yang tidak sabar dan main sikut.
Banyak sekolah yang rada lebay, sudahlah berpayah-payah mendapatkan tanda tangan buya, masih pula diharuskan dapat stempel dari pengurus masjid atau surau. Maka, duduklah disebelah buya seorang pengurus masjid dengan stempel ditangan, siap sedia menghantam lembaran-lembaran agenda Ramadan lebah-lebah kecil itu.
Semoga Allah membalas keikhlasan buya-buya dan pengurus masjid/surau itu dengan pahala melimpah.
Adalah sekolah-sekolah yang mewajibkan siswa-siswa memenuhi masjid-masjid dan surau-surau untuk menunaikan shalat tarawih. Sebagai buktinya anak-anak itu mestilah membuat ringkasan ceramah buya didalam buku agenda Ramadan. Selain ringkasan isi ceramah, perlulah dicantumkan hari dan tanggal, nama masjid atau suraunya dan tentu saja nama buya yang ceramah.
Dan tak kalah pentingnya, demi mencegah tindakan plagiat yang terkutuk itu, setiap anak tanpa terkecuali haruslah pula mendapatkan tanda tangan asli buya yang bersangkutan.
Maka begitu shalat witir selesai, seperti kawanan lebah, berhamburanlah anak-anak itu menuju shaf terdepan dan segera merubungi buya, dengan agenda ramadan yang telah terbuka siap menerima coretan tangan buya. Kadang chaos tak terhindarkan, ada saja anak yang tidak sabar dan main sikut.
Banyak sekolah yang rada lebay, sudahlah berpayah-payah mendapatkan tanda tangan buya, masih pula diharuskan dapat stempel dari pengurus masjid atau surau. Maka, duduklah disebelah buya seorang pengurus masjid dengan stempel ditangan, siap sedia menghantam lembaran-lembaran agenda Ramadan lebah-lebah kecil itu.
Semoga Allah membalas keikhlasan buya-buya dan pengurus masjid/surau itu dengan pahala melimpah.
Comments